Fokusmadura.com|Di tengah gempuran modernisasi yang tak selalu ramah pada akar rumput, seorang pemuda dari Desa Lebeng Barat, Kecamatan Pasongsongan, justru melangkah membawa obor perubahan. Rama Ramadhan, Ketua GAPOKTANDES Sumber Prima, tampil sebagai sosok yang menggugah harapan baru bagi petani di desa-desa terpencil.
Transformasi Pertanian Digital:
Dalam diskusi publik bertajuk “Transformasi Pertanian Digital untuk Petani Mandiri”, Rama menyampaikan pesan yang dalam dan menggetarkan: petani desa harus menjadi subjek, bukan objek dalam era revolusi digital. Ia memaparkan bahwa teknologi AI memiliki kemampuan luar biasa dalam menjawab persoalan klasik pertanian, seperti prediksi cuaca presisi, deteksi dini penyakit tanaman, pengelolaan irigasi berbasis sensor, hingga distribusi panen yang lebih tertata.
Kolaborasi Inklusif:
Namun Rama tak menutup mata bahwa teknologi bisa menjadi eksklusif jika tidak didorong oleh kolaborasi inklusif. Karena itu, ia menyerukan peran aktif pemerintah, sektor swasta, hingga komunitas tani agar petani desa tidak tertinggal. Rama mendorong hadirnya pelatihan berbasis digitalisasi pertanian, pembentukan inkubator agroteknologi desa, serta perlindungan terhadap data-data petani.
Komitmen dan Aksi:
Komitmen Rama tidak berhenti pada wacana. Melalui GAPOKTANDES Sumber Prima, ia menggerakkan kelompok tani di Lebeng Barat untuk mulai belajar teknologi tepat guna. Bahkan, beberapa petani muda di desanya kini mulai mengembangkan sistem pertanian berbasis aplikasi.
Apa yang disuarakan Rama bukan sekadar retorika. Ini adalah panggilan hati yang lahir dari keseharian bersama petani, dari sawah-sawah yang sunyi, dan dari keyakinan bahwa kemajuan tak harus meninggalkan akar tradisi.
“Teknologi hanyalah alat. Tapi dengan semangat dan keberpihakan yang benar, ia bisa menjadi jalan pulang menuju kemandirian dan kesejahteraan petani,” pungkas Rama.