Fokusmadura.com | Pemerintah Kabupaten Sumenep, lewat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), menjawab kesenjangan layanan kependudukan dengan cara paling sederhana namun bermakna: mengendarai motor, mengetuk pintu-pintu rumah rakyat kecil, dan memastikan setiap jiwa terdata sebagai bagian sah dari Republik ini.
Program ini bernama Kare Mator, singkatan dari Karep Aladhini Rekan Nompa’ Motor sebuah frasa khas Madura yang secara harfiah bermakna “kemauan untuk melayani dengan naik motor”.
Namun, di balik makna harfiahnya, tersembunyi semangat besar: mendekatkan negara kepada warga yang tak mampu mendekati negara.
“Kami menyadari bahwa tidak semua warga bisa datang ke kantor Disdukcapil. Maka, kami yang harus datang kepada mereka,” ujar Wahasah, Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Disdukcapil Sumenep, Jum’at (30/05/2025).
Dengan mengendarai sepeda motor, para petugas menyusuri jalan-jalan sempit, melintasi persawahan, menyeberangi wilayah berbukit dan terpencil, untuk menemui lansia yang terbaring di dipan bambu, penyandang disabilitas yang tak bisa melangkah jauh, hingga keluarga nelayan yang hidup di pesisir jauh dari keramaian.
Di setiap kunjungan, perekaman data biometrik dilakukan secara langsung. Warga tak perlu mengurus dokumen ke kota, karena dokumen seperti KTP elektronik akan dicetak di Mal Pelayanan Publik (MPP) dan dikirimkan kembali ke rumah mereka.
“Kami tidak hanya mendata. Kami juga menyampaikan betapa pentingnya dokumen kependudukan untuk hidup mereka mulai dari bantuan sosial, layanan kesehatan, hingga akses pendidikan anak-anak,” tambah Wahasah.
Yang membedakan Kare Mator bukan hanya motornya, tapi juga hatinya. Program ini tak semata soal teknis pelayanan, melainkan tentang keadilan dan keberpihakan pada yang lemah.
“Negara harus hadir tidak hanya di kota dan keramaian, tetapi juga di tikungan-tikungan sepi dan rumah-rumah reyot yang selama ini merasa tak punya nama di sistem administrasi,” ucap Wahasah.
Respons masyarakat pun mengharukan. Tak jarang warga menitikkan air mata saat pertama kali menerima KTP elektronik mereka. Sebuah kartu kecil, namun berarti besar: identitas, pengakuan, dan jembatan ke pelayanan-pelayanan dasar negara.
Kare Mator bukan sekadar program lokal. Ia adalah cermin dari cita-cita pelayanan publik yang berkeadilan dan inklusif. Di saat sebagian daerah masih terjebak dalam birokrasi kaku dan pelayanan yang menjauh, Sumenep memilih jalan sebaliknya: mendekat dan menyentuh.
Dengan inovasi ini, Sumenep tidak hanya mencatatkan angka pelayanan, tetapi juga menuliskan kisah keberpihakan yang layak ditiru nasional. Sebuah langkah kecil dari ujung Madura yang bisa menggema ke seluruh pelosok Nusantara.
Dan mungkin, inilah bentuk terbaik dari pelayanan publik: ketika negara tidak sekadar menunggu di balik meja, tetapi rela menempuh jalan panjang demi mengetuk pintu-pintu rakyatnya.
“Kami ingin memastikan, tak ada satu pun warga Sumenep yang merasa asing di negeri sendiri hanya karena tak punya dokumen kependudukan,” pungkasnya.
Im/mif/red